Tidak puas dengan hanya membuka gerai pisang goreng crispy di pujasera, saya coba menawarkan pisgor crispy ke salah satu koperasi karyawan perusahaan di mukakuning. Berkat bantuan salah seorang teman yang bekerja di perusahaan itu yang sekaligus pengurus koperasi Alhamdulillah Pisgor crispy saya bisa diterima dan disetujui sebagai supplier koperasi tersebut. Selama empat bulan terakhir banyak suka dukanya berbisnis pisang goreng ini. Untuk di koperasi masih relatif stabil. Tetapi untuk gerai yang di pujasera ramai pengunjung hanya terjadi waktu piala dunia saja. Setelah piala dunia selesai, pengunjung pujasera pun mulai surut sehingga berimbas pada usaha kami. Setelah di pertimbangkan masak-masak maka kami putuskan untuk menutup gerai di pujasera untuk menghindari kerugian yang lebih besar. Dan kami berkonsentrasi menjadi supplier koperasi.
Setelah berjalan tiga bulan, saya tidak puas hanya berbisnis pisang goreng. Setelah putar-putar mensurvey lokasi akhirnya saya menemukan lokasi yang menurut saya strategis. Yaitu sebuah kios ukuran 3 X 7 m yang terletak di pinggir jalan besar yang banyak dilalui kendaraan pribadi maupun umum, dekat rumah sakit bersalin disekitarnya merupakan lingkungan bisnis yaitu toko-toko dan bengkel-bengkel. Tapi sewanya cukup mahal, tapi dengan lokasi yang cukup strategis menurut saya akhirnya kios itu tetap saya sewa dengan pemabayaran tiap bulan.
Saya memulai bisnis baru yaitu bakso dan mie ayam demikian juga gerai pisang gorengnya saya pindah ke kios ini. Dan saya tetap menjadi supplier ke koperasi karyawan. Semua ini yang mengurus istri dan dua orang karyawan.
Karena masih kurangnya pengalaman atau kekurang jelian saya sebagai pemula dan juga ternyata cukup banyak kompetitor yang sudah buka usaha yang sama disekitar lokasi tersebut sehingga bisnis baru kami tidak berjalan seperti yang kami harapkan. Selama satu bulan usaha kami jalan tidak pernah satu hari pun hasil penjualan bisa menutupi modal alias setiap hari kami nombok. Boro-boro dapat untuk bayar sewa kios untuk belanja aja nombok terus. Dan bulan ramadhan pun tiba, penjualan makin sepi. Tapi saya tidak mau menyerah ini bukan kegagalan tapi keberhasilan yang tertunda. Dengan terpaksa saya harus mencari lokasi baru lagi sebelum masa sewa habis karena kalau saya pertahankan kios ini bayar sewanya terlalu mahal, untuk usaha saya belum menghasilkan ini. Dan saya menemukan sebuah rumah yang dikontrakan dengan harga cukup murah di sebuah kompleks perumahan baru. Saya kontrak rumah ini sebagai warung bakso dan mie ayam sekaligus tempat tinggal bagi karyawan-karyawan kami.
Pada saat yang sama ada seorang teman menawarkan untuk ikut bazaar Ramadhan di Mesjid Raya Batam selama sebulan penuh. Ini sebuah peluang tapi saya tidak punya modal karena modal saya sudah berputar di warung bakso kami. Akhirnya saya tawarkan ke teman-teman yang lain. Dan ternyata ada tiga orang teman saya yang mau menanamkan uangnya untuk menyewa stand, sedang barang dagangan adalah busana muslim yang kami ambil dari pedagang-pedagang grosir yang kami kenal berkat hubungan baik majelis taklim perusahaan kami yang sering meminjam barang-barang mereka saat ada bazaar. Dan akhirnya kami mendapatkan barang dagangan dengan system konsinyasi. Jadi kami hanya perlu membayar stand saja sedang barang dagangan dibayar bila sudah laku. Enak kan…
Gimana Hasil dari ikut bazaar Ramadhan ini ikuti cerita berikutnya di PART III
Setelah berjalan tiga bulan, saya tidak puas hanya berbisnis pisang goreng. Setelah putar-putar mensurvey lokasi akhirnya saya menemukan lokasi yang menurut saya strategis. Yaitu sebuah kios ukuran 3 X 7 m yang terletak di pinggir jalan besar yang banyak dilalui kendaraan pribadi maupun umum, dekat rumah sakit bersalin disekitarnya merupakan lingkungan bisnis yaitu toko-toko dan bengkel-bengkel. Tapi sewanya cukup mahal, tapi dengan lokasi yang cukup strategis menurut saya akhirnya kios itu tetap saya sewa dengan pemabayaran tiap bulan.
Saya memulai bisnis baru yaitu bakso dan mie ayam demikian juga gerai pisang gorengnya saya pindah ke kios ini. Dan saya tetap menjadi supplier ke koperasi karyawan. Semua ini yang mengurus istri dan dua orang karyawan.
Karena masih kurangnya pengalaman atau kekurang jelian saya sebagai pemula dan juga ternyata cukup banyak kompetitor yang sudah buka usaha yang sama disekitar lokasi tersebut sehingga bisnis baru kami tidak berjalan seperti yang kami harapkan. Selama satu bulan usaha kami jalan tidak pernah satu hari pun hasil penjualan bisa menutupi modal alias setiap hari kami nombok. Boro-boro dapat untuk bayar sewa kios untuk belanja aja nombok terus. Dan bulan ramadhan pun tiba, penjualan makin sepi. Tapi saya tidak mau menyerah ini bukan kegagalan tapi keberhasilan yang tertunda. Dengan terpaksa saya harus mencari lokasi baru lagi sebelum masa sewa habis karena kalau saya pertahankan kios ini bayar sewanya terlalu mahal, untuk usaha saya belum menghasilkan ini. Dan saya menemukan sebuah rumah yang dikontrakan dengan harga cukup murah di sebuah kompleks perumahan baru. Saya kontrak rumah ini sebagai warung bakso dan mie ayam sekaligus tempat tinggal bagi karyawan-karyawan kami.
Pada saat yang sama ada seorang teman menawarkan untuk ikut bazaar Ramadhan di Mesjid Raya Batam selama sebulan penuh. Ini sebuah peluang tapi saya tidak punya modal karena modal saya sudah berputar di warung bakso kami. Akhirnya saya tawarkan ke teman-teman yang lain. Dan ternyata ada tiga orang teman saya yang mau menanamkan uangnya untuk menyewa stand, sedang barang dagangan adalah busana muslim yang kami ambil dari pedagang-pedagang grosir yang kami kenal berkat hubungan baik majelis taklim perusahaan kami yang sering meminjam barang-barang mereka saat ada bazaar. Dan akhirnya kami mendapatkan barang dagangan dengan system konsinyasi. Jadi kami hanya perlu membayar stand saja sedang barang dagangan dibayar bila sudah laku. Enak kan…
Gimana Hasil dari ikut bazaar Ramadhan ini ikuti cerita berikutnya di PART III
No comments:
Post a Comment