Sunday, April 27, 2008

Deny Delyandri Owner Oleh-Oleh Khas Batam : Kek Pisang Villa

Berbisnis harus Belajar dan kerja keras

Deny Delyandri pemuda berusia 28 tahun, Ayah dari 2 orang putra dan putri yang lahir di Magelang dari kedua orang tua yang asli berasal dari Padang. Anak sulung dari dua bersaudara dari seorang Ibu yang berprofesi sebagai Guru dan ayah karyawan BUMN. Pria yang berlatar belakang pendidikan dari S1 Teknik Elektro Universitas Andalas, memulai karirnya sebagai karyawan sebuah PMA di Batam setelah menjadi Sarjana.

Ketika menjadi karyawan swasta inilah kiprah bisnisnya dimulai pada tahun 2004. Terpicu dari kondisi perusahaan yang sedang turun kapasitas produksinya, sehingga banyak waktu luang sepulang kerja karena tidak ada lembur. Maka Deny mempunyai keinginan untuk menambah penghasilan dari usaha sampingan. Ide ini ternyata mendapat dukungan penuh sang istri yang mempunyai hobi memasak. Kemudian lahirlah bisnis pertamanya yakni Usaha Krupuk Udang Aloha. Krupuk yang bahan bakunya dibeli dari pasar tradisional itu kemudian digoreng oleh sang istri. Setelah digoreng krupuk itu dibungkus dalam plastik kemudian dipres dengan api dari lampu minyak tanah. Pekerjaan ini dikerjakan setiap hari sepulang kerja. Kemudian kerupuk yang sudah dibungkusi disusun dalam keranjang, dengan menggunakan sepeda motor Deni setiap pagi mengantarkan krupuk-krupuk itu ke warung-warung dan rumah makan padang sambil berangkat kerja. Dari hasil memproduksi krupuk udang ini Deni bisa mendapatkan penghasilan tambahan selain dari gaji di perusahaan tempatnya bekerja.

Dikarenakan kondisi istrinya yang mulai hamil muda, Deni berusaha mencari saudara untuk membantunya menjalankan usaha krupuk udangnya. Ternyata mencari tenaga kerja dari kerabatnya tidak berhasil didapatkan, sedangkan Deni sendiri masih bekerja sebagai karyawan swasta sehingga tidak bisa membantu istri sepenuhnya, karena sebagian besar waktunya tersita untuk pekerjaan kantor, dan kondisi kehamilan istrinya semakin membesar maka usaha krupuk udang tersebut terpaksa ditutup setelah 3 bulan berjalan.

Bisnis sambilan kedua yang dijalani oleh Deni dan istrinya adalah membuat kue klepon. Bisnis kue klepon ini disuplai ke kantin-kantin perusahaan di perusahaan-perusahaan di kawasan industri Muka Kuning. Tetapi dikarenakan usaha yang dilakukan tidak sebanding dengan keuntungan yang didapatkan, akhirnya bisnis kue klepon ini pun berhenti ditengah jalan.

Setelah dua kali mengalami kegagalan dalam berbisnis, tidak menyurutkan langkah Deni untuk mempunyai usaha sendiri dan menjadi pengusaha. Selanjutnya Deni membuat bisnis rumah makan Padang, berkat pinjaman dari koperasi tempat dia bekerja sebesar 10 juta rupiah, rumah makan Padang itu pun berjalan. Untuk menjalankan rumah makan Padang ini Deni merekrut koki dan karyawan dengan sistem bagi hasil. Tetapi dikarenakan kurangnya pengalaman dalam bisnis rumah makan dan lokasi rumah makan yang kurang strategis, akhirnya rumah makan ini pun tutup dan peralatannya dijual dengan harga murah untuk mengurangi kerugian.

Semangat Deni untuk menjadi pengusaha tidak mengendor walaupun kegagalan demi kegagalan menghantamnya. Deni semakin giat belajar dan mencari informasi mengenai dunia usaha, mulai dari membaca media-media bisnis, buku-buku motivasi dan juga CD-CD seminar kewirausahaan. Pada saat-saat pencariannya itulah Deni menemukan buku “Rich Dad, Poor Dad” nya Robert T Kiyosaki, karena provokasi buku inilah Deni semakin giat mencari ide dan peluang usaha.

Ketika sedang mencari-cari peluang usaha yang baru ini, Deni menonton CD seminarnya James Gwee dan Rhenald Kasali. Dilihat begitu banyak peserta yang menghadiri seminarnya para motivator itu. Dari situlah terbersit ide untuk menjadi penyelenggara seminarnya para motivator ulung Indonesia atau Event Organizer (EO). Meskipun belum punya pengalaman sama sekali di bidang per-EO-an. Deni bertekad mengadakan satu seminar wirausaha dari tokoh terkemuka Indonesia. Atas nasehat dari salah satu rekannya Deni disarankan untuk menghubungi Pak Jaya Setiabudi salah seorang pengusaha dan motivator di Batam. Setelah berkenalan dengan Pak Jaya Setiabudi dan berkonsultasi akhirnya ditetapkan untuk mengundang Helmi Yahya dan Made Bagiana “Edam Burger”.

Namun dikarenakan kurangnya pengalaman dan persiapan untuk menggelar seminar ini, ditambah lagi kurangnya promosi yang dilakukan, mengakibatkan peserta yang mengikuti seminar ini tidak sesuai dengan yang ditargetkan walaupun sudah dibantu sepenuhnya oleh tim Momentum nya Pak Jaya Setiabudi.

Hasil dari bisnis EO ini pun meninggalkan kerugian yang cukup besar untuk ukuran Deni, sehingga terpaksa Mobil taksi yang dibeli secara kredit dan hampir lunas pun di re-finance untuk membayar hutang-hutang dari seminar diatas. Namun pengalaman menjadi EO itu merupakan pelajaran yang sangat berharga bagi Deni diwaktu berikutnya. Dan Ia pun memantapkan diri untuk keluar dari tempat kerjanya karena memang hati dan pikirannya sudah terkonsentrasi untuk menjadi pengusaha. Sehingga dia memilih untuk keluar kerja daripada dia melaksanakan tanggung jawabnya di kantor tidak sepenuh hati.

Dengan kondisi tidak mempunyai pekerjaan, harus mencicil hutang mobil yang di re-finance dan juga harus menghidupi istri dan bayinya yang baru lahir. Maka Deni memberanikan diri untuk memasukkan proposal untuk menjadi EO di salah satu mall terbesar di Batam. Gayung pun bersambut pihak mall menerima dan Deni pun memulai usaha pertamanya sebagai EO setelah keluar dari pekerjaan di kantor. Dan kesuksesan pun menghampiri Deni setelah berkali-kali gagal tapi dengan gigih Ia pun tetap melangkah menyongsong keberhasilan. Kegagalan dianggapnya sebagai proses pembelajaran diri untuk menjadi orang yang kuat dan tidak mudah menyerah. Setelah itu Deni mulai membuka usaha yang baru lagi yaitu membuka E-Course sebuah lembaga pelatihan kewirausahaan bagi orang-orang yang ingin terjun sebagai wirausahawan.

Disaat yang bersamaan pun istri Deni yang mempunyai hobi masak-memasak. bereksperimen untuk berbisnis kue. Terispirasi dari bisnis brownies milik temannya, Istri Deni pun membuat resep spesial Kek Pisang yang dikemas dan dimodifikasi dari kue brownies. Dengan pengepakan yang menarik dan pemberian merek “Kek Pisang Villa” membuat produknya terlihat spesial. Ketika bisnis kek pisangnya mulai meningkat maka Deni pun melepaskan E-course untuk berkonsentrasi mengembangkan usaha kek pisang Villanya.

Strategi marketing yang dilakukan untuk meningkatkan penjualan kek pisang Villa adalah dengan cara merekrut mitra-mitra sebagai distributor. Kondisi masyarakat Batam yang sebagian besar adalah pekerja di industri maka mitra-mitra pun direkrut dari setiap perusahaan yang ada di Batam. Mitra yang juga karyawan di perusahaan itu bertugas untuk mencari pembeli dilingkungan perusahaan kemudian menginformasikan pesanannya kepada Deni melalui SMS, Kemudian Deni akan mengantarkan pesanan perusahaan tempat para mitranya bekerja. Sebuah strategi marketing yang sangat efektif dan saling menguntungkan antara Deni dan mitra-mitranya. Mitra akan mendapat keuntungan dari selisih harga jual ke konsumen dengan harga dari Deni, yang rata-rata keuntungan yang didapatkan mitra sebesar 3 ribu rupiah per kue yang terjual.

Selain tetap menjalankan bisnisnya Deni tetap menimba ilmu, terus belajar dan juga tidak kalah penting adalah bergabung dengan komunitas para pengusaha baik secara offline dan online untuk memperluas jaringan, sehingga dia cukup banyak mengenal pengusaha-pengusaha sukses di Batam dan luar Batam. Ini sangat berarti untuk membuka wawasannya dalam berbisnis. Selain itu dia selalu ikut memamerkan produk kek pisang Villa disetiap acara yang diselenggarakan oleh komunitas pengusaha yang diikutinya, sehingga produknya pun semakin dikenal.

Seiring semakin berkembangnya bisnis Kek Pisang Villa, Deni mulai menambah investasi untuk peralatan produksi untuk membuat Kek Pisang mulai dari Oven, mixer dan peralatan lainnya sehingga kapasitas produksinya semakin meningkat. Jumlah karyawan pun semakin bertambah, yang bisa membuka lapangan pekerjaan bagi orang-orang disekitarnya. Dari segi keunikan rasa tetap dipertahankan walaupun volume produksinya semakin meningkat, sehingga konsumen tidak kecewa. Dan untuk memanjakan konsumen Deni dan Istri selalu bereksperimen untuk menciptakan rasa dan resep baru ,sehingga dengan lebih banyak inovasi produknya membuat konsumen mempunyai banyak pilihan rasa. Dari yang sebelumnya hanya 6 rasa, saat ini sudah tercipta 12 aneka rasa kek pisang yang sangat lezat. Kini Kek Pisang Villa mempunyai 20-an karyawan dengan omzet lebih dari 75 juta rupiah per bulannya.

Dari awal memulai bisnis Deni sudah membuat laporan keuangan bisnisnya dengan teratur dan tertib. Semua transaksi bisnisnya selalu dilengkapi dengan nota baik pembelian maupun penjualan sehingga mempermudah dia dalam membuat laporan keuangannya. Dari laporan keuangan bisnisnya dan transaksi rekening koran di Bank yang teratur akhirnya bisnisnya dipercaya oleh Bank untuk mengucurkan kredit ke dalam usaha Kek Pisangnya. Berawal dari perkenalan dengan salah satu kepala cabang salah satu bank swasta di Batam di suatu acara dalam komunitas yang diikutinya, bank tersebut mengucurkan kredit sebesar 40 juta rupiah, tanpa agunan hanya dengan menampilkan prospek bisnis yang bagus dan laporan usaha yang teratur dan tertib. Untuk mendapatkan kepercayaan dari Bank ini Deni memberikan saran agar selalu membuat laporan bisnis secara tertib dan teratur serta meningkatkan performa transaksi di bank sehingga rekening koran bank kita terlihat aktif. Dan satu lagi berusaha untuk memperkenalkan usaha kita ke bank, maka pihak bank akan lebih mempercayai bisnis kita, yang nantinya akan menimbulkan kepercayaan dari bank untuk mengucurkan kreditnya.

Setelah mendapatkan kredit dari bank, Deni memindahkan bisnisnya dari rumah dengan menyewa sebuah ruko yang berada di pinggir jalan raya yang ramai lalu-lintasnya. Sehingga bisnisnya semakin dikenal karena penampilan billboard yang dipasang ditempat usahanya yang baru bisa dilihat oleh banyak orang. Selain itu Ia membuat armada pesan layan gratis dengan dua kendaraan bermotor yang didisain dengan menarik dan menjadi media promosi berjalan yang sangat efektif. Strategi marketing yang dilakukan Kek Pisang Villa untuk memperluas pasar dilakukan dengan berbagai cara, diantaranya dengan melalui promosi dan iklan, seperti membuat billboard di tempat-tempat strategis, seperti jalan ke bandara udara, di pusat kota dan simpang jalan yang padat lalu lintasnya. Berkat hubungan baiknya dengan berbagai pihak, Kek pisang Villa pun diliput oleh media cetak di Batam dan juga media elektronik, TV lokal dan TV nasional. Hal ini merupakan daya ungkit yang sangat berarti untuk membuat bisnisnya semakin berkibar. Beriklan dengan menempelkan gambar produknya di angkutan umum di Batam pun dilakukan. Dan tak kalah penting adalah berpromosi di dunia maya seperti membuat website ( http//Oleh-OlehKhasBatam.com dan http//Oleh-OlehKhasBatam.Blogspot.com) serta mailing list, sehingga produk Kek Pisang Villa bisa dilihat dan dikenal oleh seluruh dunia.

Strategi bisnis yang dilakukan oleh Deni untuk memenangkan kompetisi dengan pesaing-pesaingnya adalah dengan cara, selalu mempertahankan resep dan rasa kuenya agar selalu khas dan unik, tidak berubah walaupun volume produksinya semakin meningkat. Selain itu packaging yang “eye catching” dibuat untuk menarik konsumen.

Didasari oleh latar belakang kota Batam sebagai daerah industri, wisata dan kota konferensi internasional (MICE) maka Deni berusaha memposisikan produknya sebagai Oleh-Oleh Khas Batam. Untuk menyambut program pemerintah kota Batam “Visit Batam Year 2010” Deni menghubungi dan bekerjasama dengan Dinas Pariwisata kota Batam agar Oleh-Oleh Khas Batam Kek Pisang Villa menjadi salah satu ikon kota Batam. Untuk menjadi salah satu ikon pariwisata kota Batam inilah Kek Pisang Villa membuka cabang lagi di pusat pemerintahan yakni Batam Center agar lebih mudah dijangkau oleh para wisatawan. Dengan memposisikan Kek Pisang Villa sebagai Oleh-Oleh Khas Batam akan memperkuat bisnisnya menjadi salah satu brand dari kota Batam yang nantinya akan dipromosikan ke seluruh Indonesia bahkan dunia.

Kalau Saja Semua Pihak Mengerti

Pujasera Kawasan Industri Muka Kuning Batam dipenuhi oleh ratusan karyawan yang sedan beristirahat setelah setengah harian bekerja. Ada yang memang makan siang dan tak sedikit pula yang hanya duduk-duduk bersama teman-temannya melepaskan kepenatan dan kejenuhan dari aktifitas pekerjaan yang membuat semua oran tertekan. Sambil minum Kopi "O" atau Kopi "Obeng sambil bersenda gurau cukuplah untuk meringankan beban dan tekanan dari pekerjaan pabrik.

Diantara riuh rendahnya percakapan para karyawan pabrik itu terlihat seorang anak berumur 10-an tahun berjalan dari meja ke meja. Ditangan kirinya ada setumpuk koran, sedang tangan kanannya menggengam satu koran sambil menawarkannya ke setiap kumpulan orang-orang yang sedang asyik ngobrol dan bersenda gurau. Akhirnya anak itu sampai juga di meja tempatku sedang mengopi bersama temanku yang sedang asyik membahas masalah IHSG yang sedang terjun bebas akibat harga minyak dan pangan dunia yang melambung serta kasus subprime mortgage yang menyeret negara adidaya ke dalam resesi ekonomi, sehingga efeknya investasi kami direksadana pun ikut tergerus.
"Koran Om", anak itu mulai menawarkan korannya dengan wajah penuh harap.
"Berapa?' temanku Andrias sepertinya kasihan melihat anak penjual koran itu.
"Seribu saja, Om". mata anak itu mulai berbinar.
"Dik, kamu nggak sekolah?", Aku penasaran, anak seumur dia seharusnya jam segini masih di sekolah.
"Nggak Om", Jawab anak itu tanpa ekspresi.
"Kenapa kok nggak sekolah?", pertanyaanku sepertinya membuat anak itu tak nyaman dan mulai malu.
"Nggak ada biaya, Om", jawab anak itu sambil cepat-cepat meninggalkan meja kami setelah mendapatkan lembaran uang 1000 dari Andrias.

Aku terhenyak oleh jawaban anak itu. Andai saja janji calon bupati dan calon gubernur yang katanya akan membuat pendidikan gratis benar-benar dilakukan. seharusnya anak penjual koran itu tidak berkeliling menjajakan koran di jam sekolah. Ternyata gratis menurut pemerintah adalah SPP nya saja yang gratis, Yang ternyata hanya senilai 8000 rupiah saja. Tapi selain uang SPP masih banyak lagi yang harus dibayarkan mulai dari buku-buku pelajaran, LKS, kegiatan ekstrakurikuler, Les, seragam sekolah yang bermacam-macam motifnya belum lagi ada iuran komite. Dulu ketika saya masih sekolah selalu berburu buku-buku bekas kakak kelas setiap habis penerimaan rapor kenaikan kelas. karena dahulu buku-buku pelajaran masih bisa dipakai hingga bertahun-tahun berikutnya. Sedangkan sekarang buku-buku pelajaran sekolah selalu berganti tiap tahun dan terkadang harus dibeli ditempat murid itu sekolah. Lucunya lagi, sekarang ini banyak guru-guru yang bertindak sebagai penjual buku pelajaran. Ini tentu saja sangat memberatkan keluarga miskin. Jangankan untuk membayar aneka macam atribut sekolah diatas. Sedangkan untuk bisa makan dengan tahu dan tempe dihari ini saja sudah sangat berat bagi mereka.

Dan kalau saja seluruh masyarakat Indonesia mempunyai kesadaran bahwa anak-anak miskin seperti diatas adalah juga tanggung jawab kita untuk memberdayakan mereka mungkin hal itu akan menjadi jauh lebih baik dibandingkan bila kita hanya menyalahkan pemerintah yang kurang begini dan begitu. Bahwa sebenarnya sudah banyak wadah yang bisa kita pakai sebagai saluran tempat kita untuk membantu memberdayakan saudara kita yang kurang beruntung tersebut, seperti halnya sudah di perintah dalam agama Islam untuk menzakatkan sebagian hartanya minimal 2.5% bila sudah masuk nishafnya. Belum lagi begitu banyak yayasan Yatim piatu, yayasan sosial, ada lagi infaq by request , Gerakan Orang tua Asuh, sampai dengan orang tua asuh by request. Sangat banyak bukan yang sebenarnya bisa dilakukan dari pada sekedar menyalahkan pemerintah yang tidak becus ini dan itu. Dan ada satu lagi tindakan yang seharusnya sangat mudah dilakukan, Jangan pernah memberikan sedekah kepada peminta-minta, pengamen atau apapun itu yang selalu mengharapkan belas kasihan. Karena bila kita memberikan pertolongan dalam bentuk itu, sesungguhnya kita bukan menolong mereka tetapi semakin menjerumuskan mereka kedalam jurang kemalasan, kemanjaan dan semakin terkungkung didalam ketidakmampuannya.

Dan kalau saja setiap orang yang ada dalam kondisi terpinggirkan, terbelenggu dalam kemiskinan dan ketidakmampuannya yang lain, selalu masih punya semangat dan kemauan untuk selalu bangkit dari keterpurukan hidupnya. Seandainya mereka sadar bahwa hidupnya yang sekarang bukan sebuah guratan nasib untuk selamanya. Jikalau mereka tetap berpikir positif bahwa itu hanyalah sebuah proses yang harus dijalani dan bukan sebuah harga mati sehingga mereka tetap selalu belajar dan berusaha untuk membalikan kondisi hidup yang papa menjadi kehidupan yang lebih baik. Karena belajar tidak selalu dalam dunia formal tapi kita juga bisa belajar dari pengalaman dan jalan hidup yang kita lalui dan selalu berusaha untuk menjadikan saat ini harus lebih baik dari kemarin, serta hari esok lebih baik dari saat ini. Dan selalu berusaha mandiri untuk tidak hanya menggantungkan dari belas kasih dan pertolongan orang lain, tidak selalu mengharapkan pemerintah untuk membuat kebijakan yangi bisa mengankat kemiskinannya. Serta selalu berpikir bahwa kehidupannya adalah tanggung jawabnya sehingga sadar yang bisa merubah hanya diri mereka sendiri.
MAKA.........suatu saat nanti kita tidak akan lagi melihat pemandangan yang sekarang ini banyak terpampang disekitar kita. Sehingga kita akan lebih bangga lagi mengatakan bahwa ini adalah INDONESIA.

Memperbaiki Jeda Waktu Menuliskan Hasil Imajinasi

Mentransfer imajinasi ke dalam bentuk tulisan ternyata tidak semudah yang dibayangkan. Saya mengalami ini ketika menuliskan hasil imajinasi ke dalam bentuk tulisan yang sudah beberapa waktu ini saya lakukan. Pada saat berimajinasi mengenai sebuah jalinan cerita seakan cerita yang tersusun begitu lancar mengalir tanpa hambatan. Berimajinasi atau berkhayal ini biasanya saya lakukan disaat senggang yaitu sepulang kerja atau menjelang tidur. Hal ini kulakukan sambil tiduran dikamar, mata menerawang dan mengalirlah susunan cerita yang saya buat itu seperti air dan saya sangat menikmati saat-saat seperti ini.

Beberapa waktu terakhir ini saya terpacu untuk menuliskan hasil imajinasiku ke dalam bentuk tulisan. Hal ini terpicu karena begitu banyak hasil karya anak negeri ini begitu dihargai oleh masyarakat. Ini mungkin dikarenakan mulai meningkatnya minat baca dan rasa menghargai karya anak bangsa oleh masyarakat Indonesia. Sehingga tak ayal lagi sekarang begitu banyak orang mencari hasil karya seni yang bermutu. Mulai dari Seni musik hingga karya sastra dan seni peran. Efek dari semua itu pun semakin banyak wajah-wajah jutawan baru bermunculan diseantero negeri ini. Kehidupan seorang seniman yang dulu dipandang sebelah mata dari sisi ekonomi sekarang berubah 180o. Kehidupan ekonomi seorang seniman yang berhasil bisa jadi lebih makmur dibandingkan seorang direktur sekalipun.

Kesulitan memindahkan hasil imajinasi kedalam karya tulis dikarenakan ada media yang harus dijalankan ketika mentransfer imajinasi itu, yaitu alat tulis atau keyboard komputer. Ini artinya ada dua langkah yang harus dilakukan,pertama berimajinasi dan yang kedua menuliskan hasil imajinasi. Pada saat menuliskan imajinasi itulah ada jeda waktu. Nah jeda waktu ini yang membuat buyar konsentrasi saat menulis sehingga terkadang saya mengalami kemacetan dalam penulisan. Untuk mengatasi ini saya biasanya lebih memfokuskan imajinasi dan kadang mengulang-ulang jalinan cerita yang ada didalam angan. Dengan mengulang-ulang imajinasi inilah susunan cerita bisa lebih nempel kedalam ingatan sehingga ketika menuliskannya bisa lebih lancar. Saya selalu mentargetkan untuk menulis minimal satu paragraf. Ini untuk melatih kemampuan menulis dan mempersingkat jeda waktu saat mentransfer hasil imajinasi ke dalam bentu tulisan. Dengan semakin singkatnya jeda waktu itu maka akan semakin baik kemampuan menuliskan imajinasi itu. Sehingga diharapkan suatu saat nanti saya bisa menulis sambil berimajinasi, tidak lagi menuliskan hasil imajinasi.
Wahyudi, 27 Apr 2008

Monday, April 21, 2008

Untuk Eddy Zaqeus : Menulis dari Imajinasi

Hallo Mas Edy Zaqeus,

Salam kenal, Nama saya Wahyudi umur 32 thn, Status sebagai karyawan PMA di Batam. Selain sebagai karyawan saya juga pernah mempunyai beraneka macam usaha sambilan, seperti : Warung kelontong, warung Bakso & Mie ayam, warung tenda pinggir jalan, Usaha busana muslim sampai jualan lontong sayur & pulsa elektrik diteras rumah. Tapi semua usaha sambilan ini belum berhasil, malah sementara ini semuanya masuk pit stop. Sehingga tabungan yang selama ini saya kumpulkan tergerus karena kegagalan itu.

Semua itu saya lakukan karena keinginan untuk mendapatkan kehidupan yang lebih baik dari usaha sendiri, tidak selalu kerja pada orang lain, keinginan untuk bebas secara finansial dan keinginan untuk menolong orang lain membuka lapangan kerja ( saya sempat mempekerjakan 3 karyawan). Usaha sambilan itu saya lakukan mungkin disebabkan oleh provokasi dari buku-buku yang saya baca, Mulai dari Kiyosaki sampai mas Edy sendiri dengan buku Anda "Resep Cespleng Berwirausaha". Tapi saya tetap mencoba untuk berpikir positif bahwa yang sudah saya alami adalah proses pembelajaran yang akan menjadi modal bagi saya untuk meniti masa depan yang lebih baik. Amiin..

Saya tahu Mas Edy Zaqeus dari buku yang saya baca "Resep Cespleng Berwirausaha", yang saya beli diawal-awal saya memulai usaha sambilan. dari situlah saya tahu situs Pembelajar.com. Saya sempat membaca artikel-artikel yang ada di pembelajar.com, tetapi karena kesibukan kerja dan menjalani usaha sambilan akhirnya tidak pernah lagi saya kunjungi situs itu.

Saya mempunyai latar belakang yang kurang menyenangkan dari lingkungan keluarga di masa lalu saya. Hal ini mungkin yang menyebabkan sifat saya menjadi introvert, sering menyendiri dan satu lagi yang sangat parah yaitu suka melamun dan berkhayal atau berimajinasi. Saya suka berimajinasi semenjak saya mulai bisa membaca diawal-awal kelas 1 SD ( saya tidak sekolah TK). Semenjak bisa membaca ini, minat baca saya sangat tinggi. terutama buku-buku sejarah dan buku -buku Fiksi serta buku-buku cerita yang lain. Ada hal yang jelek yang saya lakukan waktu masih SD, banyak buku koleksi perpustakaan sekolah yang saya pinjam tidak saya kembalikan. Hali ini memungkinkan karena memang buku-buku yang dipinjam oleh murid-murid tidak direcord. Karena saat itu kita asal ambil saja buku yang mau dipinjam. Biasanya inspirasi untuk berimajinasi timbul dari buku-buku yang saya baca. Imajinasi berupa jalinan cerita yang saya susun sendiri dalam benak saya. Saya yang jadi sutradara dan biasanya pemeran utamanya saya juga. Dalam satu jalinan cerita yang saya imajinasikan itu biasanya berlangsung berhari-hari bahkan mingguan. Hal ini saya lakukan pada saat tidak ada kerjaan atau waktu menjelang tidur.

Sayangnya imajinasi yang saya lakukan berupa jalinan cerita itu hilang begitu saja setelah ceritanya habis karena saya tidak pernah mengalihkan hasil imajinasi saya ke dalam bentuk tulisan. Andai saja hasil imajinasi saya itu dituliskan mungkin sudah menghasilkan puluhan bahkan ratusan naskah cerita. Bagaimana tidak saya melakukan hal itu dari umur 7 tahun, hingga sekarang umur32 tahun saya masih sering melakukannya. Tentu saja diluar sepengetahuan istri saya (karena memang hanya diangan-angan saja). tapi sering saya ditegur istri karena ketahuan lagi bengong sambil tiduran..he..he..

Setelah membaca pengalaman penulis-penulis yang sukses di pasar seperti Safir senduk, Eddy Zaques,TDW, Habiburahman Elshirazy sampai Andrea Hirata dengan tetralogi "Laskar Pelangi"nya. Saya jadi terpacu juga untuk menuliskan hasil imajinasi saya tersebut. Selain keinginan dari segi finansialnya. Tetapi juga keinginan untuk berbagi dengan pembaca siapa tahu dengan membaca tulisan saya nantinya ada orang lain terinspirasi dengan tulisan saya yang bisa memicu kearah yang lebih baik, apapun itu bentuknya.

Saat ini saya sedang menulis naskah. mudah-mudahan dalam tahun ini saya bisa menyelesaikan tulisan ini dan bisa berbagi dengan orang lain. Kalaupun tidak diterbitkan dalam bentuk buku karena tidak komersiilnya tulisan saya sebagai pemula. Paling tidak saya bisa jadikan ebook atau bisa saya upload di blog saya nantinya. Ngomong-ngomong soal blog, sebenarnya saya sudah cukup lama punya blog sendiri di www.wahyudi-batam.blogspot.com tapi akhir-akhir ini saya sangat jarang mengupdate contentnya. Blog itu berisi perjalanan usaha sambilan saya dan juga petikan dari tulisan bebrapa orang wirausahawan.

Setelah punya keinginan untuk menulis, sekarang setiap pulang kerja saya luangkan waktu untuk melanjutkan tulisan saya, minimal mendapatkan satu paragrap. Kemudian saya teringat kembali situs pembelajar.com. setelah mengunjungi situs tersebut saya dapatkan artikel-atikel Write and Grow Rich yang ditulis oleh Eddy Zaqeus. Tulisannya sangat menginspirasi. Di Pembelajar.com juga menyediakan Forum Bersama mudah-mudahan tulisan ini bisa dimuat disitu juga ya, paling tidak sebagai langkah awal tulisan saya dibaca oleh orang lain.

Ada tips atau kebiasaan Penulis Best Seller yang dituliskan oleh Mas Eddy Zaqeus di artikelnya. Yaitu Bank Data Naskah. Saat ini saya sudah menuliskan ide-ide tulisan saya di bank naskah hingga saat ini sudah ada 6 tema. Kalau dibandingkan Bank Naskahnya Mas Eddy Zaqeus yang mencapai 700 tema memang nggak ada apa-apanya. Tapi paling tidak sudah ada langkah kecil yang dilakukan.

Mas Eddy, Tolong beritahu saya milis-milis mengenai kepenulisan yang bisa saya ikuti untuk menambah wawasan. Bisa nggak email saya wahyudi@cei.com.sg di add in ke milisnya Penulisbest seller walaupun saya belum menjadi penulis best seller.
Saya pinjam salamnya ya!

Salam Best Seller!