Berbisnis harus Belajar dan kerja keras
Deny Delyandri pemuda berusia 28 tahun, Ayah dari 2 orang putra dan putri yang lahir di Magelang dari kedua orang tua yang asli berasal dari Padang. Anak sulung dari dua bersaudara dari seorang Ibu yang berprofesi sebagai Guru dan ayah karyawan BUMN. Pria yang berlatar belakang pendidikan dari S1 Teknik Elektro Universitas Andalas, memulai karirnya sebagai karyawan sebuah PMA di Batam setelah menjadi Sarjana.
Ketika menjadi karyawan swasta inilah kiprah bisnisnya dimulai pada tahun 2004. Terpicu dari kondisi perusahaan yang sedang turun kapasitas produksinya, sehingga banyak waktu luang sepulang kerja karena tidak ada lembur. Maka Deny mempunyai keinginan untuk menambah penghasilan dari usaha sampingan. Ide ini ternyata mendapat dukungan penuh sang istri yang mempunyai hobi memasak. Kemudian lahirlah bisnis pertamanya yakni Usaha Krupuk Udang Aloha. Krupuk yang bahan bakunya dibeli dari pasar tradisional itu kemudian digoreng oleh sang istri. Setelah digoreng krupuk itu dibungkus dalam plastik kemudian dipres dengan api dari lampu minyak tanah. Pekerjaan ini dikerjakan setiap hari sepulang kerja. Kemudian kerupuk yang sudah dibungkusi disusun dalam keranjang, dengan menggunakan sepeda motor Deni setiap pagi mengantarkan krupuk-krupuk itu ke warung-warung dan rumah makan padang sambil berangkat kerja. Dari hasil memproduksi krupuk udang ini Deni bisa mendapatkan penghasilan tambahan selain dari gaji di perusahaan tempatnya bekerja.
Dikarenakan kondisi istrinya yang mulai hamil muda, Deni berusaha mencari saudara untuk membantunya menjalankan usaha krupuk udangnya. Ternyata mencari tenaga kerja dari kerabatnya tidak berhasil didapatkan, sedangkan Deni sendiri masih bekerja sebagai karyawan swasta sehingga tidak bisa membantu istri sepenuhnya, karena sebagian besar waktunya tersita untuk pekerjaan kantor, dan kondisi kehamilan istrinya semakin membesar maka usaha krupuk udang tersebut terpaksa ditutup setelah 3 bulan berjalan.
Bisnis sambilan kedua yang dijalani oleh Deni dan istrinya adalah membuat kue klepon. Bisnis kue klepon ini disuplai ke kantin-kantin perusahaan di perusahaan-perusahaan di kawasan industri Muka Kuning. Tetapi dikarenakan usaha yang dilakukan tidak sebanding dengan keuntungan yang didapatkan, akhirnya bisnis kue klepon ini pun berhenti ditengah jalan.
Setelah dua kali mengalami kegagalan dalam berbisnis, tidak menyurutkan langkah Deni untuk mempunyai usaha sendiri dan menjadi pengusaha. Selanjutnya Deni membuat bisnis rumah makan Padang, berkat pinjaman dari koperasi tempat dia bekerja sebesar 10 juta rupiah, rumah makan Padang itu pun berjalan. Untuk menjalankan rumah makan Padang ini Deni merekrut koki dan karyawan dengan sistem bagi hasil. Tetapi dikarenakan kurangnya pengalaman dalam bisnis rumah makan dan lokasi rumah makan yang kurang strategis, akhirnya rumah makan ini pun tutup dan peralatannya dijual dengan harga murah untuk mengurangi kerugian.
Semangat Deni untuk menjadi pengusaha tidak mengendor walaupun kegagalan demi kegagalan menghantamnya. Deni semakin giat belajar dan mencari informasi mengenai dunia usaha, mulai dari membaca media-media bisnis, buku-buku motivasi dan juga CD-CD seminar kewirausahaan. Pada saat-saat pencariannya itulah Deni menemukan buku “Rich Dad, Poor Dad” nya Robert T Kiyosaki, karena provokasi buku inilah Deni semakin giat mencari ide dan peluang usaha.
Ketika sedang mencari-cari peluang usaha yang baru ini, Deni menonton CD seminarnya James Gwee dan Rhenald Kasali. Dilihat begitu banyak peserta yang menghadiri seminarnya para motivator itu. Dari situlah terbersit ide untuk menjadi penyelenggara seminarnya para motivator ulung Indonesia atau Event Organizer (EO). Meskipun belum punya pengalaman sama sekali di bidang per-EO-an. Deni bertekad mengadakan satu seminar wirausaha dari tokoh terkemuka Indonesia. Atas nasehat dari salah satu rekannya Deni disarankan untuk menghubungi Pak Jaya Setiabudi salah seorang pengusaha dan motivator di Batam. Setelah berkenalan dengan Pak Jaya Setiabudi dan berkonsultasi akhirnya ditetapkan untuk mengundang Helmi Yahya dan Made Bagiana “Edam Burger”.
Namun dikarenakan kurangnya pengalaman dan persiapan untuk menggelar seminar ini, ditambah lagi kurangnya promosi yang dilakukan, mengakibatkan peserta yang mengikuti seminar ini tidak sesuai dengan yang ditargetkan walaupun sudah dibantu sepenuhnya oleh tim Momentum nya Pak Jaya Setiabudi.
Hasil dari bisnis EO ini pun meninggalkan kerugian yang cukup besar untuk ukuran Deni, sehingga terpaksa Mobil taksi yang dibeli secara kredit dan hampir lunas pun di re-finance untuk membayar hutang-hutang dari seminar diatas. Namun pengalaman menjadi EO itu merupakan pelajaran yang sangat berharga bagi Deni diwaktu berikutnya. Dan Ia pun memantapkan diri untuk keluar dari tempat kerjanya karena memang hati dan pikirannya sudah terkonsentrasi untuk menjadi pengusaha. Sehingga dia memilih untuk keluar kerja daripada dia melaksanakan tanggung jawabnya di kantor tidak sepenuh hati.
Dengan kondisi tidak mempunyai pekerjaan, harus mencicil hutang mobil yang di re-finance dan juga harus menghidupi istri dan bayinya yang baru lahir. Maka Deni memberanikan diri untuk memasukkan proposal untuk menjadi EO di salah satu mall terbesar di Batam. Gayung pun bersambut pihak mall menerima dan Deni pun memulai usaha pertamanya sebagai EO setelah keluar dari pekerjaan di kantor. Dan kesuksesan pun menghampiri Deni setelah berkali-kali gagal tapi dengan gigih Ia pun tetap melangkah menyongsong keberhasilan. Kegagalan dianggapnya sebagai proses pembelajaran diri untuk menjadi orang yang kuat dan tidak mudah menyerah. Setelah itu Deni mulai membuka usaha yang baru lagi yaitu membuka E-Course sebuah lembaga pelatihan kewirausahaan bagi orang-orang yang ingin terjun sebagai wirausahawan.
Disaat yang bersamaan pun istri Deni yang mempunyai hobi masak-memasak. bereksperimen untuk berbisnis kue. Terispirasi dari bisnis brownies milik temannya, Istri Deni pun membuat resep spesial Kek Pisang yang dikemas dan dimodifikasi dari kue brownies. Dengan pengepakan yang menarik dan pemberian merek “Kek Pisang Villa” membuat produknya terlihat spesial. Ketika bisnis kek pisangnya mulai meningkat maka Deni pun melepaskan E-course untuk berkonsentrasi mengembangkan usaha kek pisang Villanya.
Strategi marketing yang dilakukan untuk meningkatkan penjualan kek pisang Villa adalah dengan cara merekrut mitra-mitra sebagai distributor. Kondisi masyarakat Batam yang sebagian besar adalah pekerja di industri maka mitra-mitra pun direkrut dari setiap perusahaan yang ada di Batam. Mitra yang juga karyawan di perusahaan itu bertugas untuk mencari pembeli dilingkungan perusahaan kemudian menginformasikan pesanannya kepada Deni melalui SMS, Kemudian Deni akan mengantarkan pesanan perusahaan tempat para mitranya bekerja. Sebuah strategi marketing yang sangat efektif dan saling menguntungkan antara Deni dan mitra-mitranya. Mitra akan mendapat keuntungan dari selisih harga jual ke konsumen dengan harga dari Deni, yang rata-rata keuntungan yang didapatkan mitra sebesar 3 ribu rupiah per kue yang terjual.
Selain tetap menjalankan bisnisnya Deni tetap menimba ilmu, terus belajar dan juga tidak kalah penting adalah bergabung dengan komunitas para pengusaha baik secara offline dan online untuk memperluas jaringan, sehingga dia cukup banyak mengenal pengusaha-pengusaha sukses di Batam dan luar Batam. Ini sangat berarti untuk membuka wawasannya dalam berbisnis. Selain itu dia selalu ikut memamerkan produk kek pisang Villa disetiap acara yang diselenggarakan oleh komunitas pengusaha yang diikutinya, sehingga produknya pun semakin dikenal.
Seiring semakin berkembangnya bisnis Kek Pisang Villa, Deni mulai menambah investasi untuk peralatan produksi untuk membuat Kek Pisang mulai dari Oven, mixer dan peralatan lainnya sehingga kapasitas produksinya semakin meningkat. Jumlah karyawan pun semakin bertambah, yang bisa membuka lapangan pekerjaan bagi orang-orang disekitarnya. Dari segi keunikan rasa tetap dipertahankan walaupun volume produksinya semakin meningkat, sehingga konsumen tidak kecewa. Dan untuk memanjakan konsumen Deni dan Istri selalu bereksperimen untuk menciptakan rasa dan resep baru ,sehingga dengan lebih banyak inovasi produknya membuat konsumen mempunyai banyak pilihan rasa. Dari yang sebelumnya hanya 6 rasa, saat ini sudah tercipta 12 aneka rasa kek pisang yang sangat lezat. Kini Kek Pisang Villa mempunyai 20-an karyawan dengan omzet lebih dari 75 juta rupiah per bulannya.
Dari awal memulai bisnis Deni sudah membuat laporan keuangan bisnisnya dengan teratur dan tertib. Semua transaksi bisnisnya selalu dilengkapi dengan nota baik pembelian maupun penjualan sehingga mempermudah dia dalam membuat laporan keuangannya. Dari laporan keuangan bisnisnya dan transaksi rekening koran di Bank yang teratur akhirnya bisnisnya dipercaya oleh Bank untuk mengucurkan kredit ke dalam usaha Kek Pisangnya. Berawal dari perkenalan dengan salah satu kepala cabang salah satu bank swasta di Batam di suatu acara dalam komunitas yang diikutinya, bank tersebut mengucurkan kredit sebesar 40 juta rupiah, tanpa agunan hanya dengan menampilkan prospek bisnis yang bagus dan laporan usaha yang teratur dan tertib. Untuk mendapatkan kepercayaan dari Bank ini Deni memberikan saran agar selalu membuat laporan bisnis secara tertib dan teratur serta meningkatkan performa transaksi di bank sehingga rekening koran bank kita terlihat aktif. Dan satu lagi berusaha untuk memperkenalkan usaha kita ke bank, maka pihak bank akan lebih mempercayai bisnis kita, yang nantinya akan menimbulkan kepercayaan dari bank untuk mengucurkan kreditnya.
Setelah mendapatkan kredit dari bank, Deni memindahkan bisnisnya dari rumah dengan menyewa sebuah ruko yang berada di pinggir jalan raya yang ramai lalu-lintasnya. Sehingga bisnisnya semakin dikenal karena penampilan billboard yang dipasang ditempat usahanya yang baru bisa dilihat oleh banyak orang. Selain itu Ia membuat armada pesan layan gratis dengan dua kendaraan bermotor yang didisain dengan menarik dan menjadi media promosi berjalan yang sangat efektif. Strategi marketing yang dilakukan Kek Pisang Villa untuk memperluas pasar dilakukan dengan berbagai cara, diantaranya dengan melalui promosi dan iklan, seperti membuat billboard di tempat-tempat strategis, seperti jalan ke bandara udara, di pusat kota dan simpang jalan yang padat lalu lintasnya. Berkat hubungan baiknya dengan berbagai pihak, Kek pisang Villa pun diliput oleh media cetak di Batam dan juga media elektronik, TV lokal dan TV nasional. Hal ini merupakan daya ungkit yang sangat berarti untuk membuat bisnisnya semakin berkibar. Beriklan dengan menempelkan gambar produknya di angkutan umum di Batam pun dilakukan. Dan tak kalah penting adalah berpromosi di dunia maya seperti membuat website ( http//Oleh-OlehKhasBatam.com dan http//Oleh-OlehKhasBatam.Blogspot.com) serta mailing list, sehingga produk Kek Pisang Villa bisa dilihat dan dikenal oleh seluruh dunia.
Strategi bisnis yang dilakukan oleh Deni untuk memenangkan kompetisi dengan pesaing-pesaingnya adalah dengan cara, selalu mempertahankan resep dan rasa kuenya agar selalu khas dan unik, tidak berubah walaupun volume produksinya semakin meningkat. Selain itu packaging yang “eye catching” dibuat untuk menarik konsumen.
Didasari oleh latar belakang kota Batam sebagai daerah industri, wisata dan kota konferensi internasional (MICE) maka Deni berusaha memposisikan produknya sebagai Oleh-Oleh Khas Batam. Untuk menyambut program pemerintah kota Batam “Visit Batam Year 2010” Deni menghubungi dan bekerjasama dengan Dinas Pariwisata kota Batam agar Oleh-Oleh Khas Batam Kek Pisang Villa menjadi salah satu ikon kota Batam. Untuk menjadi salah satu ikon pariwisata kota Batam inilah Kek Pisang Villa membuka cabang lagi di pusat pemerintahan yakni Batam Center agar lebih mudah dijangkau oleh para wisatawan. Dengan memposisikan Kek Pisang Villa sebagai Oleh-Oleh Khas Batam akan memperkuat bisnisnya menjadi salah satu brand dari kota Batam yang nantinya akan dipromosikan ke seluruh Indonesia bahkan dunia.
Deny Delyandri pemuda berusia 28 tahun, Ayah dari 2 orang putra dan putri yang lahir di Magelang dari kedua orang tua yang asli berasal dari Padang. Anak sulung dari dua bersaudara dari seorang Ibu yang berprofesi sebagai Guru dan ayah karyawan BUMN. Pria yang berlatar belakang pendidikan dari S1 Teknik Elektro Universitas Andalas, memulai karirnya sebagai karyawan sebuah PMA di Batam setelah menjadi Sarjana.
Ketika menjadi karyawan swasta inilah kiprah bisnisnya dimulai pada tahun 2004. Terpicu dari kondisi perusahaan yang sedang turun kapasitas produksinya, sehingga banyak waktu luang sepulang kerja karena tidak ada lembur. Maka Deny mempunyai keinginan untuk menambah penghasilan dari usaha sampingan. Ide ini ternyata mendapat dukungan penuh sang istri yang mempunyai hobi memasak. Kemudian lahirlah bisnis pertamanya yakni Usaha Krupuk Udang Aloha. Krupuk yang bahan bakunya dibeli dari pasar tradisional itu kemudian digoreng oleh sang istri. Setelah digoreng krupuk itu dibungkus dalam plastik kemudian dipres dengan api dari lampu minyak tanah. Pekerjaan ini dikerjakan setiap hari sepulang kerja. Kemudian kerupuk yang sudah dibungkusi disusun dalam keranjang, dengan menggunakan sepeda motor Deni setiap pagi mengantarkan krupuk-krupuk itu ke warung-warung dan rumah makan padang sambil berangkat kerja. Dari hasil memproduksi krupuk udang ini Deni bisa mendapatkan penghasilan tambahan selain dari gaji di perusahaan tempatnya bekerja.
Dikarenakan kondisi istrinya yang mulai hamil muda, Deni berusaha mencari saudara untuk membantunya menjalankan usaha krupuk udangnya. Ternyata mencari tenaga kerja dari kerabatnya tidak berhasil didapatkan, sedangkan Deni sendiri masih bekerja sebagai karyawan swasta sehingga tidak bisa membantu istri sepenuhnya, karena sebagian besar waktunya tersita untuk pekerjaan kantor, dan kondisi kehamilan istrinya semakin membesar maka usaha krupuk udang tersebut terpaksa ditutup setelah 3 bulan berjalan.
Bisnis sambilan kedua yang dijalani oleh Deni dan istrinya adalah membuat kue klepon. Bisnis kue klepon ini disuplai ke kantin-kantin perusahaan di perusahaan-perusahaan di kawasan industri Muka Kuning. Tetapi dikarenakan usaha yang dilakukan tidak sebanding dengan keuntungan yang didapatkan, akhirnya bisnis kue klepon ini pun berhenti ditengah jalan.
Setelah dua kali mengalami kegagalan dalam berbisnis, tidak menyurutkan langkah Deni untuk mempunyai usaha sendiri dan menjadi pengusaha. Selanjutnya Deni membuat bisnis rumah makan Padang, berkat pinjaman dari koperasi tempat dia bekerja sebesar 10 juta rupiah, rumah makan Padang itu pun berjalan. Untuk menjalankan rumah makan Padang ini Deni merekrut koki dan karyawan dengan sistem bagi hasil. Tetapi dikarenakan kurangnya pengalaman dalam bisnis rumah makan dan lokasi rumah makan yang kurang strategis, akhirnya rumah makan ini pun tutup dan peralatannya dijual dengan harga murah untuk mengurangi kerugian.
Semangat Deni untuk menjadi pengusaha tidak mengendor walaupun kegagalan demi kegagalan menghantamnya. Deni semakin giat belajar dan mencari informasi mengenai dunia usaha, mulai dari membaca media-media bisnis, buku-buku motivasi dan juga CD-CD seminar kewirausahaan. Pada saat-saat pencariannya itulah Deni menemukan buku “Rich Dad, Poor Dad” nya Robert T Kiyosaki, karena provokasi buku inilah Deni semakin giat mencari ide dan peluang usaha.
Ketika sedang mencari-cari peluang usaha yang baru ini, Deni menonton CD seminarnya James Gwee dan Rhenald Kasali. Dilihat begitu banyak peserta yang menghadiri seminarnya para motivator itu. Dari situlah terbersit ide untuk menjadi penyelenggara seminarnya para motivator ulung Indonesia atau Event Organizer (EO). Meskipun belum punya pengalaman sama sekali di bidang per-EO-an. Deni bertekad mengadakan satu seminar wirausaha dari tokoh terkemuka Indonesia. Atas nasehat dari salah satu rekannya Deni disarankan untuk menghubungi Pak Jaya Setiabudi salah seorang pengusaha dan motivator di Batam. Setelah berkenalan dengan Pak Jaya Setiabudi dan berkonsultasi akhirnya ditetapkan untuk mengundang Helmi Yahya dan Made Bagiana “Edam Burger”.
Namun dikarenakan kurangnya pengalaman dan persiapan untuk menggelar seminar ini, ditambah lagi kurangnya promosi yang dilakukan, mengakibatkan peserta yang mengikuti seminar ini tidak sesuai dengan yang ditargetkan walaupun sudah dibantu sepenuhnya oleh tim Momentum nya Pak Jaya Setiabudi.
Hasil dari bisnis EO ini pun meninggalkan kerugian yang cukup besar untuk ukuran Deni, sehingga terpaksa Mobil taksi yang dibeli secara kredit dan hampir lunas pun di re-finance untuk membayar hutang-hutang dari seminar diatas. Namun pengalaman menjadi EO itu merupakan pelajaran yang sangat berharga bagi Deni diwaktu berikutnya. Dan Ia pun memantapkan diri untuk keluar dari tempat kerjanya karena memang hati dan pikirannya sudah terkonsentrasi untuk menjadi pengusaha. Sehingga dia memilih untuk keluar kerja daripada dia melaksanakan tanggung jawabnya di kantor tidak sepenuh hati.
Dengan kondisi tidak mempunyai pekerjaan, harus mencicil hutang mobil yang di re-finance dan juga harus menghidupi istri dan bayinya yang baru lahir. Maka Deni memberanikan diri untuk memasukkan proposal untuk menjadi EO di salah satu mall terbesar di Batam. Gayung pun bersambut pihak mall menerima dan Deni pun memulai usaha pertamanya sebagai EO setelah keluar dari pekerjaan di kantor. Dan kesuksesan pun menghampiri Deni setelah berkali-kali gagal tapi dengan gigih Ia pun tetap melangkah menyongsong keberhasilan. Kegagalan dianggapnya sebagai proses pembelajaran diri untuk menjadi orang yang kuat dan tidak mudah menyerah. Setelah itu Deni mulai membuka usaha yang baru lagi yaitu membuka E-Course sebuah lembaga pelatihan kewirausahaan bagi orang-orang yang ingin terjun sebagai wirausahawan.
Disaat yang bersamaan pun istri Deni yang mempunyai hobi masak-memasak. bereksperimen untuk berbisnis kue. Terispirasi dari bisnis brownies milik temannya, Istri Deni pun membuat resep spesial Kek Pisang yang dikemas dan dimodifikasi dari kue brownies. Dengan pengepakan yang menarik dan pemberian merek “Kek Pisang Villa” membuat produknya terlihat spesial. Ketika bisnis kek pisangnya mulai meningkat maka Deni pun melepaskan E-course untuk berkonsentrasi mengembangkan usaha kek pisang Villanya.
Strategi marketing yang dilakukan untuk meningkatkan penjualan kek pisang Villa adalah dengan cara merekrut mitra-mitra sebagai distributor. Kondisi masyarakat Batam yang sebagian besar adalah pekerja di industri maka mitra-mitra pun direkrut dari setiap perusahaan yang ada di Batam. Mitra yang juga karyawan di perusahaan itu bertugas untuk mencari pembeli dilingkungan perusahaan kemudian menginformasikan pesanannya kepada Deni melalui SMS, Kemudian Deni akan mengantarkan pesanan perusahaan tempat para mitranya bekerja. Sebuah strategi marketing yang sangat efektif dan saling menguntungkan antara Deni dan mitra-mitranya. Mitra akan mendapat keuntungan dari selisih harga jual ke konsumen dengan harga dari Deni, yang rata-rata keuntungan yang didapatkan mitra sebesar 3 ribu rupiah per kue yang terjual.
Selain tetap menjalankan bisnisnya Deni tetap menimba ilmu, terus belajar dan juga tidak kalah penting adalah bergabung dengan komunitas para pengusaha baik secara offline dan online untuk memperluas jaringan, sehingga dia cukup banyak mengenal pengusaha-pengusaha sukses di Batam dan luar Batam. Ini sangat berarti untuk membuka wawasannya dalam berbisnis. Selain itu dia selalu ikut memamerkan produk kek pisang Villa disetiap acara yang diselenggarakan oleh komunitas pengusaha yang diikutinya, sehingga produknya pun semakin dikenal.
Seiring semakin berkembangnya bisnis Kek Pisang Villa, Deni mulai menambah investasi untuk peralatan produksi untuk membuat Kek Pisang mulai dari Oven, mixer dan peralatan lainnya sehingga kapasitas produksinya semakin meningkat. Jumlah karyawan pun semakin bertambah, yang bisa membuka lapangan pekerjaan bagi orang-orang disekitarnya. Dari segi keunikan rasa tetap dipertahankan walaupun volume produksinya semakin meningkat, sehingga konsumen tidak kecewa. Dan untuk memanjakan konsumen Deni dan Istri selalu bereksperimen untuk menciptakan rasa dan resep baru ,sehingga dengan lebih banyak inovasi produknya membuat konsumen mempunyai banyak pilihan rasa. Dari yang sebelumnya hanya 6 rasa, saat ini sudah tercipta 12 aneka rasa kek pisang yang sangat lezat. Kini Kek Pisang Villa mempunyai 20-an karyawan dengan omzet lebih dari 75 juta rupiah per bulannya.
Dari awal memulai bisnis Deni sudah membuat laporan keuangan bisnisnya dengan teratur dan tertib. Semua transaksi bisnisnya selalu dilengkapi dengan nota baik pembelian maupun penjualan sehingga mempermudah dia dalam membuat laporan keuangannya. Dari laporan keuangan bisnisnya dan transaksi rekening koran di Bank yang teratur akhirnya bisnisnya dipercaya oleh Bank untuk mengucurkan kredit ke dalam usaha Kek Pisangnya. Berawal dari perkenalan dengan salah satu kepala cabang salah satu bank swasta di Batam di suatu acara dalam komunitas yang diikutinya, bank tersebut mengucurkan kredit sebesar 40 juta rupiah, tanpa agunan hanya dengan menampilkan prospek bisnis yang bagus dan laporan usaha yang teratur dan tertib. Untuk mendapatkan kepercayaan dari Bank ini Deni memberikan saran agar selalu membuat laporan bisnis secara tertib dan teratur serta meningkatkan performa transaksi di bank sehingga rekening koran bank kita terlihat aktif. Dan satu lagi berusaha untuk memperkenalkan usaha kita ke bank, maka pihak bank akan lebih mempercayai bisnis kita, yang nantinya akan menimbulkan kepercayaan dari bank untuk mengucurkan kreditnya.
Setelah mendapatkan kredit dari bank, Deni memindahkan bisnisnya dari rumah dengan menyewa sebuah ruko yang berada di pinggir jalan raya yang ramai lalu-lintasnya. Sehingga bisnisnya semakin dikenal karena penampilan billboard yang dipasang ditempat usahanya yang baru bisa dilihat oleh banyak orang. Selain itu Ia membuat armada pesan layan gratis dengan dua kendaraan bermotor yang didisain dengan menarik dan menjadi media promosi berjalan yang sangat efektif. Strategi marketing yang dilakukan Kek Pisang Villa untuk memperluas pasar dilakukan dengan berbagai cara, diantaranya dengan melalui promosi dan iklan, seperti membuat billboard di tempat-tempat strategis, seperti jalan ke bandara udara, di pusat kota dan simpang jalan yang padat lalu lintasnya. Berkat hubungan baiknya dengan berbagai pihak, Kek pisang Villa pun diliput oleh media cetak di Batam dan juga media elektronik, TV lokal dan TV nasional. Hal ini merupakan daya ungkit yang sangat berarti untuk membuat bisnisnya semakin berkibar. Beriklan dengan menempelkan gambar produknya di angkutan umum di Batam pun dilakukan. Dan tak kalah penting adalah berpromosi di dunia maya seperti membuat website ( http//Oleh-OlehKhasBatam.com dan http//Oleh-OlehKhasBatam.Blogspot.com) serta mailing list, sehingga produk Kek Pisang Villa bisa dilihat dan dikenal oleh seluruh dunia.
Strategi bisnis yang dilakukan oleh Deni untuk memenangkan kompetisi dengan pesaing-pesaingnya adalah dengan cara, selalu mempertahankan resep dan rasa kuenya agar selalu khas dan unik, tidak berubah walaupun volume produksinya semakin meningkat. Selain itu packaging yang “eye catching” dibuat untuk menarik konsumen.
Didasari oleh latar belakang kota Batam sebagai daerah industri, wisata dan kota konferensi internasional (MICE) maka Deni berusaha memposisikan produknya sebagai Oleh-Oleh Khas Batam. Untuk menyambut program pemerintah kota Batam “Visit Batam Year 2010” Deni menghubungi dan bekerjasama dengan Dinas Pariwisata kota Batam agar Oleh-Oleh Khas Batam Kek Pisang Villa menjadi salah satu ikon kota Batam. Untuk menjadi salah satu ikon pariwisata kota Batam inilah Kek Pisang Villa membuka cabang lagi di pusat pemerintahan yakni Batam Center agar lebih mudah dijangkau oleh para wisatawan. Dengan memposisikan Kek Pisang Villa sebagai Oleh-Oleh Khas Batam akan memperkuat bisnisnya menjadi salah satu brand dari kota Batam yang nantinya akan dipromosikan ke seluruh Indonesia bahkan dunia.