Thursday, May 22, 2008

Jembatan Barelang, Tempat Para Pencinta Buta


Hari minggu sore itu aku jalan-jalan menggunakan sepeda motor menuju jembatan Barelang bersama istri dan kedua anakku untuk sekedar refreshing setelah seminggu penuh aku bekerja di PT, Istri sibuk mengurus rumah dan anak-anakku bergelut dengan pelajaran sekolah. Sepertinya keluargaku perlu liburan yang bisa menyegarkan pikiran kami. Mengingat saat itu tanggal sudah mulai menua, keuangan keluarga sudah menipis, tinggal bersisa untuk memenuhi kebutuhan pokok keluarga sampai saat gajian kembali tiba. Maka kami putuskan untuk ke jembatan Barelang yang murah meriah. Dengan mengisi bensin Rp. 10.000, sudah cukup untuk berekreasi.

Ba'da Ashar kami berangkat dari rumah. Setelah mampir di SPBU depan Villa Mukakuning untuk mengisi bensin perjalanan dilanjutkan menuju jembatan Barelang. Kelihatannya Afiq, si bungsu dan Anggi anak pertamaku mengoceh dengan gembira menanyakan segala hal yang kami lewati yang menarik perhatian mereka. Aku bahagia anak-anakku gembira menikmati liburan murah meriah ini. Sepanjang jalan ternyata banyak juga orang-orang yang ingin menuju ke Jembatan Barelang, mereka memakai sepeda motor, sebagian besar adalah pasangan muda-mudi yang mungkin sedang pacaran.

Setengah kilometer sebelum sampai ke jembatan 1, tiang jembatan yang tinggi dengan tali-talinya yang besar mengikat jembatan sudah terlihat berdiri gagah dan megah. Sesampainya di Jembatan Barelang sudah banyak orang-orang yang berwisata di jembatan kebanggan masyarakat Batam ini. Dari semua orang yang kulihat sedang menikmati pemandangan laut dan pulau-pulaunya yang bertebaran itu, hampir keseluruhannya adalah pasangan muda-mudi.

Sepanjang Jembatan 1 Barelang itu berjejer ratusan sepeda motor dan juga mobil yang diparkir membuat jalan di jembatan itu semakin sempit, mengakibatkan kendaraan yang mau lewat berjalan tersendat-sendat. Di pinggir jembatan ratusan pasangan muda-mudi sedang asyik masyuk dalam kemesraannya masing-masing. Tak perduli ataupun malu oleh banyaknya manusia yang ada disekitarnya. Karena memang manusia-manusia yang lain pun sedang sibuk dengan perasaan cintanya masing-masing.

Tak mau kalah dengan kesibukan para pencinta itu. Pedagang asongan bersemangat menyongsong limpahan rejeki yang berserakan di jembatan siap untuk dijemput. Mereka sibuk menawarkan dagangannya mulai dari keripik udang, kepiting goreng, es krim, mie ayam, bakso, sate, jagung bakar dan masih banyak lagi berlomba untuk mengumpulkan lembaran rupiah yang begitu berlimpah.

Perlahan motor kuarahkan ke jembatan 2. Meski tak sebanyak pengunjung seperti di jembatan 1, tapi jembatan 2 juga dipenuhi oleh pasangan pencinta yang sedang memadu kemesraan. Pemandangan dari atas jembatan ini pun tak kalah indah dibandingkan dengan Jembatan1. Anakku meminta untuk turun dari motor, kujalankan motorku keluar dari aspal menuju tanah lapang yang dikelilingi semak dan perdu. Kuparkirkan motor di tempat yang agak lapang dan anak-beranak kami menuju ke pinggir tanah lapang untuk melihat laut dibawah sana yang biru lembut merayu. Berlomba kami melemparkan batu-batu kecil ke tengah lautan dibawah sana.

Diantara semak-semak yang banyak tumbuh itu dipakai oleh begitu banyak pasangan yang sedang masyuk memadu kasih. Entah, apakah benar mereka sedang menikmati alam yang begitu indah, atau malah mereka sedang menikmati madunya cinta dengan alam sebagai saksi atas dosa-dosa yang sedang dilakukan oleh para pencinta itu.

Wahyudi ; http//wahyudi-batam.blogspot.com
Batam, 18 Mei 2008. Terinspirasi dari keindahan Jembatan, pulau-pulau dan lautan Barelang yang dipenuhi oleh pencinta-pencinta buta.

No comments: